Inilah Tips Cantik Alami Dari 5 Negara

Inilah Tips Cantik Dari 5 Negara. Ada begitu banyak resep kecantikan warisan leluhur kita yang masih bisa digunakan hingga sekarang. Namun, tidak ada salahnya bila Anda mengintip rahasia cantik para wanita dari negeri lain. Berikut ini adalah lima di antaranya:

 http://www.gol338.com/registration

1. Thailand
Seperti halnya orang Indonesia, rakyat Thailand juga sangat dekat dengan alam dan selalu menggunakan kekayaan herbalnya untuk kecantikan. Misalnya, penggunaan tamarind oil di saat mandi untuk membuat kulit lebih lembut dan merona, serta membantu menghilangkan area gelap di bagian pergelangan kaki, siku, serta ketiak. Selain itu, mereka juga menggunakan kunyit sebagai bahan body scrub dan minyak kelapa untuk membantu melindungi kulit dari kekeringan. Selain aloevera, minyak kelapa juga sering digunakan untuk menjaga kondisi rambut agar selalu sehat dan mengilat.

 http://www.gol338.com

2. Rusia
Apa rahasia cantik wanita dari negeri ini? Tak lain adalah buah stroberi. Ternyata, mereka sering menggunakan buah ini sebagai scrub untuk kulit wajah. Selain itu, sauna tradisional di Rusia juga sering menggunakan masker dengan bahan madu yang diaplikasikan ke area tubuh dan wajah. Setelahnya, para wanita Rusia akan menikmati secangkir teh dari daun tilia (sejenis pohon jeruk).

 http://www.gol338.com/registration

3. Rumania
Orang Rumania banyak mempertahankan tradisi kecantikan dari nenek moyangnya. Salah satunya adalah penggunaan tepung jagung (cornmeal) untuk eksfoliasi dan peeling pada kulit, sambil dipijat dengan gerakan memutar. Ada beberapa variasi resep. Yang paling mudah adalah mencampur cornmeal dengan sedikit air hingga menjadi seperti pasta. Namun, ada juga yang mencampurnya dengan putih atau kuning telur, madu, minyak zaitun, hingga perasan jeruk lemon.

 http://www.gol338.com


4. Taiwan
Bangsa China punya begitu banyak rahasia kecantikan kuno. Salah satunya yang sekarang ini mulai dikembangkan dengan teknologi modern adalah anggur beras (rice wine). Bahan ini sering digunakan sebagai masker yang berguna untuk membuat kulit menjadi lebih mulus serta kerutan jadi berkurang. Tradisi ini juga berkembang di Jepang dan saat ini telah populer sebagai salah satu bahan produk kecantikan di sana.

 http://www.gol338.com/registration


5. Argentina
Di negeri “Tango” ini, yerba mate adalah bahan kecantikan yang paling populer. Yerba mate adalah sejenis semak-semak yang berasal dari Amerika Selatan yang daunnya sering diolah menjadi teh atau minuman lainnya. Tak hanya di Argentina, di negeri tetangganya seperti Uruguay dan Paraguay, infusi dari daun yerba mate banyak digunakan untuk menjaga kelembaban kulit serta membantu dalam proses eksfoliasi. Kandungan polifenol yang banyak terdapat dalam yerba mate banyak berperan dalam menjaga kesehatan kulit.
 http://www.gol338.com

 http://www.gol338.com/registration

 http://www.gol338.com

 http://www.gol338.com

 http://www.gol338.com/registration

 http://www.gol338.com

 http://www.gol338.com/registration

 http://www.gol338.com


NONTON KLIK DISINI

Faye Reagan

 http://www.gol338.com

 http://www.gol338.com/registration

 http://www.gol338.com

 http://www.gol338.com/registration

 http://www.gol338.com

 http://www.gol338.com

 http://www.gol338.com/registration


To See Video Faye Reagan KLIK HERE

Maling Yang Cabul

Tiba-tiba sebuah suara keras membangunkan kami di tengah malam. Fatimah istriku memeluk lenganku saking ketakutannya. Suara itu datang dari arah dapur. Sepertinya kaca yang jatuh berantakan. Naluriku mengatakan ada hal yang tak beres ada di dalam rumah ini. Aku bangun dan menyalakan lampu. Istriku berusaha menahan aku. Dengan hati-hati aku bangun dan membuka pintu dan melangkah ke dapur.


 www.gol338.com

Aku kaget dengan ketakutan yang amat saat muncul sosok asing di bawah jendela dapurku. Nampak di lantai kaca jendela pecah berserakan. Pasti dia ini maling yang hendak mencuri di rumah kami. Sama-sama
kaget dengan gesitnya pencuri ini berdiri dan melangkah pendek menyambar pisau dapur kami yang tidak jauh dari tempatnya. Orang ini lebih gede dari aku. Dengan rambut dan jambangnya yang nggak bercukur nampak begitu sangar. Dengan pakaiannya yang T. Shirt gelap dan celana jean bolong-bolong dia menyeringai mengancam aku dengan pisau dapur itu.


Aku memang lelaki yang nggak pernah tahu bagaimana berkelahi. Melihat ulah maling ini langsung nyaliku putus. Dengan gemetar yang sangat aku berlari kembali ke kamar tidurku dan menutup pintunya. Namun kalah cepat dengan maling itu. Aku berusaha keras menekan untuk mengunci sebaliknya maling itu terus mendorong dengan kuatnya. Istriku histeris berteriak-teriak ketakutan,

aEsAda apa Maass.. Toloonngg.. Tolongg..aEt

Namun teriakan itu pasti sia-sia. Rumah kami adalah rumah baru di perumahan yang belum banyak penghuninya. Tetangga terdekat kami adalah Pak RT yang jaraknya sekitar 30 rumah kosong, yang belum berpenghuni, dari rumah kami. Sementara di arah yang berbeda adalah bentangan kali dan sawah yang luas berpetak-petak. Sejak pernikahan kami 2 tahun yang lalu, inilah rumah kredit kami yang baru kami tinggali selama 2 bulan ini.

Upaya tarik dan dorong pintu itu dengan pasti dimenangkan oleh si maling. Aku terdepak jatuh ke lantai dan maling itu dengan leluasa memasuki kamar tidur kami. Dia mengacung-acungkan pisau dapur ke isteriku agar tidak berteriak-teriak sambil mengancam hendak memotong leherku. Istriku seketika aE~klakepaE? sepi. Sambil menodongkan pisau ke leherku dengan kasar aku diraihnya dengan menarik bajuku keluar dari kamar. Matanya nampak menyapu ruangan keluarga dan menarikku mendekat ke lemari perabot. Pasti di nyari-nyari benda berharga yang kami simpan.

Dia menemukan lakban di tumpukkan macam-macam peralatan. Dengan setengah membanting dia mendorong aku agar duduk di lantai. Dia me-lakban tangan dan kakiku kemudian mulutku hingga aku benar-benar bungkem. Dalam keadaan tak berkutik aku ditariknya kembali ke kamar tidurku. Istriku kembali berteriak sambil menangis histeris. Namun itu hanya sesaat.

Maling ini sungguh berpengalaman dan berdarah dingin. Dia hanya bilang,

aEsDiam nyonya cantiikk.. Jangan membuat aku kalap lhoo..aEt kembali istriku aE~klakepaE? dan sepi.

Nampak maling itu menyapukan pandangannya ke Kamar tidurku. Dia melihati jendela, lemari, tempat tidur, rak kset dan pesawat radio di kamarku. Dia sepertinya berpikir. Semuanya kusaksikan dalam kelumpuhan dan kebisuanku karena lakban yang mengikat kaki tanganku dan membungkam rapat mulutku.

Tiba-tiba maling itu mendekati Fatimah istriku yang gemetar menggulung tubuhnya di pojok ranjang karena shock dan histeris dengan peristiwa yang sedang terjadi. Dengan lakbannya dia langsung bekap mulutnya dan direbahkannya tubuhnya di ranjang. Aku tak kuasa apa-apa hanya mampu tergolek dan berkedip-kedip di lantai. Aku melihat bagaimana sorot mata ketakutan pada wajah Fatimah istriku itu.

Ternyata maling itu merentangkan tangan istriku dan mengikatnya terpisah di kanan kiri kisi-kisi ranjang kayu kami. Demikian pula pada kakinya. Dia rentangkan dan ikat pada kaki-kaki ranjang. Dan akhirnya yang terjadi adalah aku yang tergolek lumpuh di lantai sementara Fatimah istriku telentang dan terikat di ranjang pengantin kami.

Perasaanku sungguh tidak enak. Aku khawatir maling ini berbuat diluar batas. Melihat sosoknya, nampak dia ini orang kasar. Tubuhnya nampak tegar dengan otot-ototnya yang membayang dari T. Shirt dekilnya. Aku taksir tingginya ada sekitar 180 cm. Aku melihati matanya yang melotot sambil menghardik,
aEsDiam nyonya cantiikk..aEt saat melihat istriku yang memang nampak sangat seksi dengan pakaian tidurnya yang serba mini karena udara panas di kamar kami yang sempit ini.

aEsAku mau makan dulu ya sayaang.. Jangan macam-macamaEt. Dia nyelonong keluar menuju dapur. Dasar maling nggak bermodal. Dia ngancam pakai pisauku, ngikat pakai lakbanku sekarang makan makananku.

Nampak istriku berontak melepaskan diri dengan sia-sia. Sesekali nampak matanya cemas dan ketakutan Memandang aku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan maksud melarangnya bergerak banyak. Hemat tenaga.

Sesudah makan maling itu gelatakan membukai Berbagai lemari dan laci-laci di rumah. Dia nggak akan dapatkan apa-apa karena memang kami nggak punya apa- apa. Aku bayangkan betapa wajahnya akan kecewa karena kecele. Kudengar suara gerutu. Nampaknya dia marah.

Dengan menendang pintu dia kembali masuk kamar tidur kami. Membuka lemari pakaian dan mengaduk-adukkannya. Dilempar-lemparkannya isi lemari hingga lantai penuh berserakan. Dia buka kotak perhiasan istriku. Dibuang-buangnya perhiasan imitasi istriku.

Karena tak mendapatkan apa yang dicari Maling mengalihkan sasaran kekecewaan. Dia pandangi istriku yang telentang dalam ikatan di ranjang. Dia mendekat sambil menghardik,

aEsMana uang, manaa..? Dasar miskin yaa..? Kamu umpetin dimana..?aEt


Tangannya yang mengkilat berotot bergerak meraih baju tidur istriku kemudian menariknya dengan keras hingga robek dan putus kancing-kancingnya. Dan yang kemudian nampak terpampang adalah bukit kembar yang begitu indah. Payudara Fatimah yang sangat ranum dan padat yang memang selalu tanpa BH setiap waktu tidur. Nampak sekali wajah maling itu terkesima.

Kini aku benar-benar sangat takut. Segala Kemungkinan bisa terjadi. Aku saksikan adanya perubahan raut mukanya. Sesudah tidak mendapatkan uang atau benda berharga dia jadi penasaran. Dia merasa berhak mendapat pengganti yang setimpal. Maling itu lebih mendekat lagi ke Fatimah dan dengan terus memandangi buah dadanya yang sangat sensual itu. Pelan-pelan dia duduk ditepian ranjang.

aEsDimana kamu simpan uangmu nyonya cantiikk..?aEt sambil tangan turun menyentuh tubuh Fatimah yang sama sekali tak bisa menolak karena kaki dan tangannyaterikat lakban itu. Dan tangan itu mulai mengelusi dekat Payudaranya.

Ampuunn.. Kulihat bagaimana mata Fatimah demikian paniknya. Dia merem memejamkan matanya sambil Memperdengarkan suara dari hidungnya,
aEsHheehh.. Hheehh.. Heehh..aEt.
Istriku mengeluarkan air mata dan menangis, menggeleng-geleng kepalanya sambil mengeluarkan dengus dari hidungnya.


Dan sentuhan maling itu tidak berhenti di tempat. Air mata istriku merangsang dia semakin brutal. Tangan-tangannya dengan tanpa ragu mengelus- elus dan kemudian meremas-remas buah dada Fatimah serta bagian tubuh sensitive lainnya. Hal ini benar-benar membuat darahku menggelegak marah. Aku harus berbuat sesuatu yang bias menghentikan semua ini apapun risikonya. Yang kemudian bisa kulakukan adalah menggerakkan kakiku yang terikat, menekuk dan kemudian menendangkan ke tepian ranjangku. Maling itu terkaget namun sama sekali tidak bergeming.

aEsHey, brengsek. Mau ngapain kamu. Jangan macam-macam. Jangan ganggu istrimu yang sedang menikmati pijitanku,aEtdia menghardik aku. Dan aku memang langsung putus asa. Aku tak mungkin berbuat apa-apa lagi. Kini hanya batinku yang meratapi kejadian ini.

Dan yang terjadi berikutnya adalah sesuatu Yang benar-benar mengerikan. Maling itu menarik robek seluruh busana tidur istriku. Dia benar-benar membuat Fatimah telanjang kecuali celana dalamnya. Lantas dia rebah merapatkan tubuhnya disampingnya. Istriku nampak bak rusa rubuh dalam terkaman serigala. Dan kini pemangsanya mendekat untuk mencabik-cabik untuk menikmati tubuhnya.

Dari matanya mengalir air mata dukanya. Dia tak mampu berpuat apa-apa lagi. Dalam setengah telanjangnya aku kian menyadari betapa cantiknya Fatimah istriku ini. Dia tunjukkan betapa bagian-bagian tubuhnya menampilkan sensualitas yang pasti menyilaukan setiap lelaki yang memandangnya. Rambutnya yang mawut terurai, pertemuan lengan dan bahu melahirkan lembah ketiak yang bias menggoyahkan iman para lelaki.

Payudaranya yang membusung ranum dengan pentilnya yang merah ungu sebesar ujung jari kelingking sangat menantang. Perut dengan pinggulnya yang.. Uuhh.. Begitu dahsyat mempesona syahwat. Aku sendiri terheran bagaimana aku bisa menyunting dewi secantik ini.

Dan kini maling brutal itu menenggelamkan mukanya ke dadanya. Dia menciumi dan menyusu Payudaranya seperti bayi. Dia mengenyoti pentil istriku yang nampaknya berusaha berontak dengan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang dipastikan sia-sia. Dengan semakin beringas nafsu nyolongnya kini berubah menjadi nafsu binatang yang dipenuhi birahi.

Dengan gampang dia menjelajahkan moncongnya ke sekujur tubuh Fatimah. Dia merangsek menjilat-jilat dan menciumi ketiak istriku yang sangat sensual itu. Inilah pesta besarnya. Dia mungkin tak pernah membayangkan akan mencicipi nikmat tidur dengan perempuan secantik Fatimah istriku ini.

Menjarah dengan kenyotan, jilatan dan ciumannya maling ini merangsek ke tepian pinggul Fatimah dan kemudian naik ke perutnya. Dengan berdengus-dengus dan nafasnya yang memburu dia menjilati puser Fatimah sambil tangannya gerayangan ke segala arah meremas dan nampak terkadang sedikit mencakar menyalurkan gelegak nafsu birahinya.

Perlawanan istriku sudah sangat melemah. Yang terdengar hanyalah gumam dengus mulut tersumpal sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai ungkapan penolakannya. Mungkin ketakutan serta kelelahannya membuat stamina-nya aE~downaE? dan lumpuh. Sementara sang maling terus melumati perut dan menjilat- jilat bagian-bagian sensual tubuhnya.

Kebringasan serta kebrutalan hasrat syahwat maling ini semakin meroket ke puncak. Jelas akan memperkosa istriku di depan aku suaminya. Dia bangun dari ranjang dan dengan cepat melepasi T. Shirt serta celana dekilnya. Dia menelanjangi dirinya. Aku terkesima. Maling itu memiliki postur tubuh yang sangat atletis dan menawan menurut ukuran tampilan tubuh lelaki. Dengan warna kulitnya yang coklat kehitaman berkilat karena keringatnya nampak dadanya, otot lengannya perutnya begitu kencang seperti pelaku binaraga. Tungkai kakinya, paha dan betisnya sungguh serasi banget.

Yang membuat aku terperangah adalah kemaluannya. kont*l maling itu begitu mempesona. Muncul dari rimbun jembutnya kont*l itu tegak ngaceng dengan bonggol kepalanya yang juga berkilatan karena kerasnya tekanan darah syahwatnya yang mendesakinya. Besar dan panjangnya di atas rata-rata kemaluan orang Asia dan nampak sangat serasi dalam warna hitaman pada awalnya kemudian sedikit belang kecoklatan pada leher dan ujungnya. Lubang kencingnya muncul dari belahan bonggol yang mekar menantang.

Kesan kekumuhan awal yang kutemui dari rambut dan jambang yang tak bercukur serta pakaiannya yang dekil langsung musnah begitu lelaki maling ini bertelanjang. Dia nampak sangat jantan macam jagoan.

Dalam ketakutan dan panik istriku Fatimah melihat saat maling itu bangun dan dengan cepat melepasi pakaiannya. Begitu lelaki maling itu benar-benar telanjang aku melihat perubahan pada wajah dan mata istriku. Wajah dan pandangannya nampak terpana. Yang belumnya layu dan kuyu kini beringas dengan mata yang membelalak. Mungkin karena ketakutannya yang semakin jadi atau karena adanya aE?surpriseaE? yang tampil dari sosok lelaki telanjang yang kini ada bersamanya diranjangnya. Anehnya pandangannya itu tak dilepaskannya hingga ekor matanya mengikuti kemanapun lelaki maling itu bergerak.

Walaupun aku tak berani menyimpulkan secara pasti, menurut pendapatku wajah macam itu adalah wajah yang diterpa hasrat birahi. Adakah birahi Fatimah bangkit dan berhasrat pada lelaki maling yang dengan brutal telah mengikat dan menelanjangi tubuhnya di depan suaminya itu. Ataukah aE?surpriseaE? yang disuguhkan lelaki itu telah membalik 180 derajat dari takut, marah dan benci menjadi dorongan syahwat yang dahsyat yang melanda seluruh sanubarinya? Ahh.. Aku dirasuki cemburu buta. Aku sering mendengar perempuan yang jatuh cinta dengan penculiknya.

Lelaki maling turun dari ranjang dan merangkak di depan arah kaki Fatimah yang terikat. Dia meraih kaki Fatimah yang terikat dan mulai dengan menjilatinya. Lidahnya menyapu ujung-ujung jari kaki istriku kemudian mengulumnya.

Aku menyaksikan kaki Fatimah yang seakan disengat listrik ribuan watt. Kaget meronta dan meregang- regang. Aku tidak pasti. Apakah itu gerak kaki untuk berontak atau menahan kegelian syahwati. Sementara lelaki maling itu terus menyerang dengan jilatan-jilatannya di telapaknya. Demikian dia melakukan pada kedua tungkai kaki istriku untuk mengawali lumatan dan jialatan selanjutnya menuju puncak nikmat syahwatnya.

Dengan caranya maling itu memang sengaja Menjatuhkan martabatku sebagai suami Fatimah.


aEsMas, istrimu enak banget loh. Boleh aku ent*t ya? Boleh.. Ha ha. Aku ent*t istrimu yaa..aEt

Dan aku disini yang tergolek macam batang pisang tak berdaya hanya mampu menerawang dan menelan ludah.

Namun ada yang mulai merambati dan merasuk ke dalam sanubariku. Aku ingin tahu, macam apa wajah Fatimah saat kont*l maling itu nanti menembusi kemaluannya. Dan keinginan tahuku itu ternyata mulai merangsang syahwat birahiku. Dalam tergolek sambil mata tak lepas memandangi ulah lelaki maling telanjang yang melata bak kadal komodo di atas tubuh pasrah istriku yang jelita kont*lku jadi menegang. Aku ngaceng.

Kusaksikan betapa maling itu merangsek ke Selangkangan istriku. Dia menciumi dan menyedoti paha Fatimah serta meninggalkan merah cupang di setiap rambahannya. Namun yang membuat jantungku berdegup kencang adalah geliat-geliat tubuh istriku yang terikat serta desah dari mulutnya yang terbungkam. Aku sama sekali tidak melihatnya sebagai perlawanan seorang yang sedang disakiti dan dirampas kehormatannya. Istriku nampak begitu hanyut menikmati ulah maling itu.

Aku memastikan bahwa Fatimah telah tenggelam dalam hasrat seksualnya. Dia menggeliat-geliat dan menggoyang-goyangkan tubuhnya teristimewa pinggul serta pantatnya. Fatimah dilanda kegatalan birahi yang sangat dahsyat dan kini nuraninya terus menjemput dan merindui kenyotan bibir si maling itu. Dalam pada itu aku berusaha tetap berpikir positip. Bahwa sangat berat menolak godaan syahwat sebagaimana yang sedang dialaminya. Secara pelan dan pasti kont*lku sendiri semakin keras dan tegak menyaksikan yangharus aku saksikan itu.

Dan klimaks dari pergulatan aE~perkosaanaE? itu terjadi. Lelaki maling itu menenggelamkan bibirnya ke Bibir vagina Fatimah. Dia menyedot dan mengenyoti itil istriku dan meneruakkan lidahnya menembusi gerbang kemaluannya. Tak terelakkan..

Dalam kucuran keringat yang terperas dari tubuhnya Fatimah menjerit dalam gumam desahnya. Pantatnya semakin diangkatnya tinggi-tinggi. Dia nampak hendak meraih orgasmenya. Bukan main. Biasanya sangat sulit bagi Fatimah menemukan orgasme. Kali ini belum juga maling itu melakukan penetrasi dia telah dekat pada puncak kepuasan syahwatnya. Ah.. Lihat ituu.. Benar.. Fatimah meraih orgasmenya.. Nittaa..

Dia mengangkat tinggi pantatnya dan tetap Diangkatnya hingga beberapa saat sambil terkejat-kejat. Nampak walaupun tangannya terikat jari-jarinya mengepal seakan hendak meremas sesuatu. Dan kaki-kakinya yang meregang mengungkapkan betapa nikmat syahwat sedang melandanya. Itulah yang bisa ditampilkan olehnya dikarenakan tangan serta kakinya masih terikat ke ranjang.

Dan sang maling tanggap. Sebelum keburu Fatimah Kelelahan dia naik menindih tubuh istriku dan menuntun kont*lnya ke lubang vaginanya. Beberapa kali dia mengocok kecil sebelum akhirnya kemaluan yang lumayan gede dan panjangnya itu tembus dan amblas ditelan mem*k istriku.


Maling itu langsung mengayun-ayunkan kont*lnya ke lubang nikmat yang sepertinya disemangati oleh istriku dengan menggoyang dan mengangkat-angkat pantat dan pinggulnya agar kont*l itu bisa menyentuhi gerbang rahimnya.

Aku sendiri demikian terbakar birahi Menyaksikan peristiwa itu. Khususnya bagaimana wajah istriku dengan rambutnya yang berkeringat mawut jatugh ke dahi dan alisnya. kont*lku sangat tertahan oleh celana sempitku. Aku tak mampu melakukan apa-apa untuk Melepaskan dorongan syahwatku.

Genjotan maling itu semakin cepat dan sering. Aku pastikan bahwa maling itu sedang dirambati nikmat birahinya. kont*lnya yang semakin tegar kaku nampak licin berkilat karena cairan birahi yang melumurinya nampak seperti piston diesel keluar masuk menembusi mem*k istriku. Aku bayangkan betapa nikmat melanda istriku. Dengan kondisinya yang tetap terikat di ranjang, pantatnya nampak naik turun atau mengegos menimpali pompan kont*l lelaki maling itu.

Sebentar lagi spermanya akan muncrat mengisi rongga kemaluan istriku. Dan nampaknya istrikupun akan mendapatkan orgasmenya kembali. Orgasme beruntun. Bukan main. Selama menikah aku bisa hitung berapa kali dia berkejat-kejat menjemput orgasmenya. Namun bersama maling ini tidak sampai 1 jam dia hendak menjemput orgasmenya yang ke dua.

Saat-saat puncak orgasme serta ejakulasinya semakin dekat, lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Fatimah dan tangannya meraih kemudian melepas lakban di mulut istriku. Namun dia tak memberinya kesempatan untuk teriak. Mulutnya langsung menyumpal mulut istriku. Aku saksikan mereka saling berpagut. Dan itu bukan pagutan paksa. Istriku nampak menimpali lumatan bibir maling itu. Mereka tenggelam dalam nikmatnya pagutan. Dan ahh.. ahh.. aahh..

Maling itu melepas cepat pagutannya dan sedikit bangkit. Dia menyambar pisau dapur yang masih ada di dekatnya. Dengan masing-masing sekali sabetan kedua ikatan tangan Fatimah terbebas. Dan pisau itu langsung dilemparkannya ke lantai. Tangan maling itu cepat memeluki tubuh istriku serta bibirnya memagutinya. Dan tanpa ayal dan ragu begitu terbebas tangan istriku langsung memeluki tubuh lelaki maling ini. Kini aku menyaksikan persetubuhan yang nyaris sempurna. Lelaki maling bersama Fatimah istriku langsung tenggelam mendekati puncak syahwatnya.
HinggaaE|


aEsAarrcchh.. Cantikk.. Aku keluaarr..
Hhoohh.. Ampun
enaknyaa..aEt

Istriku juga mendesis hebat, tak ada omongan namun jelas, dia kembali meraih orgasmenya. Dengan tangannya yang bebas dia bisa melampiaskan gelegak birahinya. Tangannya mencakar punggung maling itu dan menancapkan kukunya. Nampak bilur sejajar memanjang di kanan kiri punggungnya merembes kemerahan. Punggung maling itu sempat terluka dan berdarah.

Masih beberapa saat mereka dalam satu pelukan sebelum pada akhirnya lelaki maling itu bangkit dan menarik kont*lnya dari kemaluan istriku. Aku langsung menyaksikan spermanya yang kental melimpah tumpah dan meleleh dari lubang vagina Fatimah. Sesaat mata maling itu melihati tubuh istriku yang nampak lunglai. Dia lantas bergerak efektif.

Maling itu turun dari ranjang, memakai celana dan T.Shirt-nya. Dia mencopot selembar sarung bantal. Dia mengeluarkan dari kantongnya HP-ku dan HP istriku, jam tangan, perhiasan dan segepok uang simpananku, mungkin hanya sekitar 500-an ribu rupiah. Dia masukkan hasil curiannya ke sarung bantal itu. Tak sampai 2 menit sejak turun ranjang dia langsung keluar dan kabur meninggalkan aku yang masih terikat tak berdaya di lantai dan Fatimah yang telanjang sesudah diperkosanya. Dia telah mencuri barang-barangku dan menikmati tubuh dan kemaluan istriku.

Fatimah nampak bengong sambil melihati aku,


aEsMaaf, maass.. Aku harus memuaskan nafsu syahwatnya agar dia tidak menyakiti Mas..aEt Fatimah sudah siap dengan alibinya. Aku hanya diam. Nikmat seksual memang bisa mengubah banyak hal.

Hingga kini, sesudah 8 tahun menikah hingga mempunyai 2 anak aib itu tak pernah diketahui orang. Kami sepakat menyimpannya dalam-dalam.

Sesekali kulihat istriku bengong. Aku memakluminya. Setidaknya memang postur tubuhku serta kaliber kemaluanku tak mungkin mengimbangi milik lelaki maling itu.

HUBUNGI AGEN KAMI

 www.gol338.com


Bergabunglah Bersama Kami Di Agen Master Gol338, Agen Sabung Ayam,Agen Bola Terpercaya, Agen Casino Online, Proses Depo & Withdraw Cepat
Promo Yang Kami Berikan Di Agen Kami Saat Ini :

SPORTSBOOK
New Member 10%
Od Member 3% SD 5%
Cachback 5% S/D 15%

LIVE CASINO
Rolingan Sebesar 0.7% Full Kami Berikan
Classic Game Cashback 5%

BONUS INVESTASI 2.5% SEUMUR HIDUP

Dan Masih Banyak Puluhan Juta Hadiah Menanti Anda, Hubungi Kami :

LIVECHAT : www.Gol338.com
PIN BB : 2B4BABEA
LINE : gol338
YAHOO : cs.gol338@yahoo.co.id
SKYPE : Gol338
WECHAT : Gol_338
WHATSAPP : +85516362314
TEL / SMS : +85516362314

About

Kami Mengumpulkan Cerita ~ Cerita Dewasa Panas Yang Saat Ini Sedang Booming, kami juga mengumpulkan Yang Terupdate.

Selain Itu Kami Juga Akan Mengupoload Foto ~ Foto Para Artis AV Yang Juga Kesukaan Anda Semua, So Enjoy The Blogsite.

selingkuh dengan tunangan temanku

Dio yang selingkuh dengan Anggi, tunangan temannya. Dio merampas keperawanan Anggi ketika ia hendak menikah seminggu lagi

 www.gol338.com

Pertunangan antara Anggita dengan Boy sudah berlalu, pertunangan ini hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat termasuk aku dan pasanganku Desi. Mereka terlihat senang dan bahagia, senyuman selalu tersungging di bibir Anggi, nama panggilan kami untuk Anggita. Agen Bola Terbaik
“Selamat ya, Boy..” “Makasih Dio, kamu cepet nyusul, kapan lagi aku rasa Desi juga udah ngebet tuh pengen dilamar” “Ah, kamu bisa aja Boy, nyantai aja tau-tau aku udah ngeduluin kamu, gimana?” “Wah bagus tuh, kalo gitu oke deh aku tunggu..?”

Kebahagiaan terpancar di wajah Boy, kini ia tinggal selangkah lagi untuk membawa Anggi kepelaminan. Ya, Anggi seorang gadis cantik yang selalu dikejar-kejar cowok seluruh kampus tempat Anggi kuliah, maka dari itu Boy merasa paling beruntung setelah berhasil membawa Anggi ke jenjang perkawinan.

Perkenalan Boy dan Anggi sendiri terjadi saat ia diundang oleh Desi pacarku pada perayaan ulang tahunnya setahun yang lalu. Sedangkan aku sendiri sudah mengenal Anggi jauh sebelum itu, karena memang Anggi dan Desi adalah teman satu kampus pada salah satu universitas di Jakarta. Ku akui Anggi memang mempunyai sosok yang begitu sempurna dengan postur 165 cm dan berat yang ideal membuat tubuhnya proporsional, kaki jenjang dan paras yang cantik.

Kalau saja aku belum memiliki Desi, mungkin aku juga akan berusaha mengejar Anggi, tapi aku lebih menyayangi Desi dengan keceriaan dan kecantikannya yang tidak kalah bila dibandingkan dengan Anggi. Desi memang lebih banyak bicara dibandingkan Anggi yang agak pendiam, Anggi paling hanya tersenyum bila kami berempat bercanda dan tertawa.

Desi sendiri telah menjadi pacarku selama kurang lebih dua tahun dengan berbagai problema masa pacaran. Pernah kami putus untuk beberapa waktu lamanya tapi akhirnya kami saling menyadari kesalahan kami dan mulai komitmen untuk pacaran lagi. Pernah juga kuajak Desi untuk bertunangan tapi Desi menolak karena ia belum siap, ia ingin menyelesaikan kuliahnya dulu baru berpikir untuk kearah hubungan yang serius

“Sudahlah Mas Dio, lebih baik kita hubungan kaya gini aja, aku gak mau kita tunangan tapi putus di tengah jalan, toh kita bisa melakukan segalanya kan?”

Begitulah bila aku mulai membicarakan pertunangan dengan Desi, memang selama pacaran kami telah melakukan hal yang lebuh jauh dan hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri. Tapi ini kami lakukan karena rasa cinta diantara kami dan Desi pun menyerahkan yang paling berharga dalam hidupnya sebagai seorang wanita dengan rela dan di dasari cinta diantara kami.

Untuk hal yang satu ini bagiku memang bukan yang pertama dengan Desi saja tetapi aku sudah pernah melakukannya dengan beberapa pacarku yang sebelumnya. Tapi dengan Desi aku menemukan sesuatu yang lain yang penuh arti dan penuh cinta dan aku kadang berjanji pada diri sendiri bahwa Desi adalah pelabuhan cintaku yang terakhir. Awalnya kami hanya sebatas saling berciuman dan saling menjelajahi tubuh masing-masing, tapi pertemuan demi pertemuan kami mulai melangkah lebih jauh lagi hingga suatu ketika kami sudah bergumul di sebuah kamar hotel yang sengaja kami booking untuk bersetubuh. 

Desi terlentang ditempat tidur, hanya tinggal celana dalamnya saja yang melekat menutupi daerah 
selangkangannya. Aku sendiri telah menanggalkan seluruh pakaianku sambil memeluk tubuh Desi yang terengah. Perlahan kukecup bibirnya, kubuka dan kujulurkan lidahku mengisi rongga mulutnya yang mulai terbuka, Desi menerimanya dengan sedotan yang hebat pula. Aku mulai menempatkan tubuhku diatas tubuhnya dan terus memainkan ciumanku, kini bibirku merayap turun menuju leher dan terus bergerak untuk mencapai panyudara yang membumbung diatas dada Desi.
“Akh.. Mas.. Dio..” Desi mendesah lirih saat lidahku yang basah mencapai puncak payudaranya yang merah dan menegang.

Lama lidahku bermain disana, mengulum dan menggigit kecil puting sebesar biji kacang di atas payudara Desi, diselingi remasan tanganku seakan aku tak pernah puas dengan panyudara montok ukuran 36b ini. Kini bibirku berada diatas perut Desi, kujelajahi lekuk pinggang Desi dengan lidahku, perlahan tanganku merayap menggeser celana dalam Desi dari tempatnya. Cengkrama lembut menahan tanganku untuk terus menarik kain tipis itu, ada keraguan pada diri Desi. AGEN SABUNG AYAM

Sejenak aku diam, dengan tengadah kutatap wajah Desi dengan penuh arti dan sesaat kemudian Desi mengangkat pantatnya memuluskan aku melepaskan kain pertahanan terakhir Desi dan melemparkannya ke lantai kamar itu. Dengan cepat Desi menutup daerah selangkangannya dengan kedua tangan, perlahan kutarik kedua tangan itu dan tersingkaplah benda yang selama ini menjadi impian setiap lelaki.

“Mas.. apa yang kau lakukan.. Ohh..” suara Desi tertahan ketika lidahku mulai menyapu daerah kewanitaannya dengan lembut, aku tahu ia merasakan sensasi yang begitu indah saat itu.
Desahan kecil keluar dari mulut Desi mengiringi sapuan lidahku yang basah. Aku semakin tegang, lama aku mempermainkan perasaan Desi melalui sapuan dan jilatan lidahku pada memeknya, terkadang gigitan kecil menambah sensasi yang tida taranya bagi Desi dan ini memang yang pertama ia rasakan dari seorang lelaki.
“.. Suu.. Sudah.. Mas.. sudah.. hh.. aku gak kuat..”

Kurasakan tangan Desi menarik bahuku untuk meninggalkan selangkangannya, akupun beringsut naik sambil terus menyapukan lidahku kepermukaan kulitnya yang lembut. Kini tubuh kami sejajar, kurasakan penisku mengganjal diatas perut Desi, kembali kukecup bibirnya yang terbuka. Sesaat lamanya kami saling berpandangan dengan begitu dekat, saling meminta pengertian satu sama lain. Walaupun mau meledak rasanya, aku tak ingin merenggut sesuatu yang aku inginkan dari Desi dengan paksa.

“Desi sayang.. aku.. sayang kamu..” “Mas Dio..” Desi mulai merenggangkan kedua kakinya dan aku mengerti bahwa ia siap menerimaku untuk memasuki dirinya.

Perlahan kuposisikan senjataku tepat didepan vaginanya, gesekan pelan mulai menyentuh bibir vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Desi memejamkan matanya dan memeluk erat bahuku seakan takut untuk ditinggalkan. Dengan hati-hati ku tekan pantatku, perlahan senjataku menyeruak masuk menggesek bibir vagina yang sudah basah oleh lendir kenikmatan, sesaat kemudian kurasakan senjataku tertahan sesuatu yang tipis.

“Ohh.. Mass..” akhirnya dengan sedikit tekanan kecil amblaslah senjataku kedalam liang kewanitaan Desi yang masih sangat rapat dan sempit. Sesaat kudiamkan benda itu didalam sana, kulihat wajah Desi terpejam memerah merasakan sesuatu terjadi pada dirinya.
“Desi sayang.. aku mencintaimu..” Kembali kukecup bibir wanita ini dan dengan sangat pelan aku mulai mengangkat pantatku.

“Jangan.. Mas..” Desi mungkin merasakan ada yang hilang dari dirinnya saat kuangkat penisku menjauh dari Vaginanya. “Sabar sayang.. aku ga kemana..” lalu dengan pelan pula kudorong kembali pantatku menekan selangkangannya. Dengan ritme yang beraturan kudorong dan kutarik pantatku dari selangkangan Desi. Dengan sedikit rasa sakit akhirnya Desi merasakan kenikmatan dari gesekan demi gesekan antara penisku dengan memeknya. 

Malam itu kami benar-benar merasakan sesuatu yang indah berdua, hentakan demi hentakan diiringi dengan desahan yang keluar dari mulut kami mengiringi suara hembusan AC kamar hotel itu. Malam itu kami menumpahkan rasa cinta yang selama ini menggelora dan akhirnya tubuh kami terkulai lemas setelah merasakan orgasme yang tiada taranya.
“Terima kasih Desi sayang..” “Makasih juga Mas Dio..” malam itu kami tidur dengan berpelukan hingga pagi, seakan tidak ingin terpisahkan lagi.

Sejak saat itu aku dan Desi sering melakukan lagi hal tersebut setiap ada kesempatan dan hubungan kami pun kian bertambah dekat saja. Kadang kami melakukannya di tempat kostnya Desi, tak jarang pula Desi mengunjungiku dirumahku dan kami tumpahkan hasrat cinta kami disana.
Seperti biasanya sore itu sehabis pulang dari kantor aku terlebih dulu ke kampusnya Desi unruk mengantarnya pulang ke tempat kostnya. Sesampainya disana kulihat Desi duduk menungguku dengan ditemani Anggi. GOL338 PROMO CASHBACK CLASSIC GAMES 5%

“Hai..!” aku berjalan menghampiri mereka berdua sambil melambaikan tangan. “Eh.. Mas Dio.. tumben lama Mas?” Desi berdiri sambil melihat kearah kedatanganku “Sorry.. tadi Mas Dio dipanggil bos dulu sebelum pulang, Eh.. Anggi apa kabar? Boy belum datang?” “Baik Mas, ah enggak kok, Anggi lagi nunggu Mas Dio kok.” jawab Anggi yang berdiri mengikuti Desi dan berjalan menghampiriku. “Iya Mas.., Mas Boy katanya gak bisa jemput Anggi, jadi ya Anggi ikut kita” tambah Desi menjelaskan “Ya udah!, ayo deh..”

Dengan agak heran akhirnya aku segera menuju mobil di parkiran kampus dengan di ikuti oleh Desi dan Anggi di belakangku. Biasanya Boy lebih dulu dariku menjemput Anggi pulang kuliah tapi kali ini ternyata Anggi ikut denganku, Komplek tempat Anggi tinggal memang searah dengan rumahku. Sore itu Anggi memang agak pendiam dari biasanya dan terlihat ada sesuatu yang lain yang seakan disembunyikan dari dirinya. Ada raut kegelisahan di raut wajah Anggi yang kadang kulihat melalui kaca kecil didepan mobilku, terkadang ia tajam menatapku seakan ingin menyampaikan sesuatu tapi setelah lama menatapku akhirnya ia tertunduk dengan menghela nafas panjang seakan ingin menghilangkan beban berat yang menghimpitnya.

“Eh..pelan-pelan dong Mas, nanti kelewat lagi kayak kemaren” tiba-tiba Desi memecahkan pikiran yang ada di benakku. “Oh iya, udah mau nyampe ya?”, perlahan aku berhenti didepan sebuah rumah tempat kos-kosannya Desi. “Mampir dulu Mas ya? ” “Ya.. Mas Dio sih terserah Anggi, gimana?” sambil aku berbalik menoleh kearah Anggi yang seakan baru tersadar dari lamunannya. “Aduh.. sorry deh Des, aku mau cepet balik nih” “Ya udah deh sampe besok ya!, daah Mas Dio” Desi bergerak menjauh dan melambaikan tangannya. “Anggi, pindah depan ya?” tanpa menjawab Anggi keluar dari mobil dan masuk lagi untuk pindah ke depan menggantikan tempat duduk Desi sebelumnya, disampingku.
Perlahan mobilku bergerak lagi meninggalkan tempat kosnya Desi.

“Asyik dong gi, sebentar lagi Anggi jadi kawin sama Boy” di perjalanan aku berusaha memecah kediaman Anggi. “Tinggal seminggu lagi kan?” tambahku lagi “Iya Mas..” “Lho kok calon pengantin kok lesu gitu, happy dong!” Anggi kembali diam dan hanya tersenyum memperlihatkan bentuk bibirnya yang lembut.

Wangi parfum yang di pakai Anggi bercampur dengan keringat yang mengering tercium menggugah naluri kelelakianku, Anggi begitu cantik hari ini. Balutan kaos berlengan pendek melekat ketat menonjolkan panyudara yang indah di dadanya, benda itu memang tidak sebesar kepunyaan Desi tapi itu pun cukup membuat lelaki ingin menjamahnya. Desi agak merebahkan jok mobil yang didudukinya dengan kaki yang saling menyilang sehingga belahan paha mulusnya dengan leluasa menghiasi ujung mataku yang kerap melirik ke arah situ. Saat itu muncullah pikiran gilaku untuk dapat mencurahkan hasratku pada tubuh sensual disampingku ini, padahal aku tahu ia teman dekat Desi kekasihku.

“Beruntung sekali Boy, mendapatkan calon istri seperti kamu” kembali aku menghidupkan suasana. “Orangnya cantik, keibuan dan pintar lagi” tambahku lagi “Ah.. Mas Dio bisa aja kalo muji orang” “Lho bener kok, kamu tahu gak, kadang Mas Dio berfikir kenapa yang bakal duduk dipelaminan mendampingi kamu itu, Boy? kenapa gak Mas Dio sendiri?” perlahan aku melancarkan serangan dengan kata-kata manisku. 

Sambil terus diam Desi menegakan tubuhnya dan menatap kearahku, ia tersentak mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulutku. Aku pun agak kaget dengan kata yang baru saja aku ucapkan, tapi untunglah mobilku sudah berada dipintu gerbang rumah besar kediaman Anggi.
“Makasih ya Mas Dio, mampir dulu gak?” “Ga usah deh Gi, Mas Dio juga mau buru-buru balik” Anggi keluar dari mobilku

“Eh.. Gi, sorry ya kata-kata Mas Dio tadi agak..” “Ah gak apa-apa kok Mas..” “Kalo gitu sampai ketemu ya..!” “Bye..” “Huh..” aku menghela nafas panjang, hampir saja aku melakukan suatu kebodohan dengan mencoba merayu Anggi, gadis pendiam tunangan temanku.
Siang itu aku baru saja mengantar Desi ke bandara, Desi sengaja pulang ke Surabaya setelah mendapat kabar ayahnya masuk rumah sakit karena serangan jantung. Sebenarnya aku ingin ikut tetapi Desi melarangku dengan alasan besok aku harus masuk kantor.

“Sudahlah Mas Dio, aku rasa papa ga apa-apa kok” “Kalo gitu salam aja ya sama keluarga disana, semoga papa kamu cepet baik” “Iya Mas nanti aku sampaikan”, setelah kulihat Desi memasuki ruang tunggu keberangkatan akupun bergegas kembali kemobilku untuk kembali kekantor. Ditengah perjalanan tiba-tiba saja terdengar HP ku berbunyi tanda seseorang ingin bicara denganku.
Ya..! hallo.. Anggi ada apa? tumben nelpon?” ternyata Anggi yang menelponku “Anu Mas.. Aku pengen ketemu sama Mas Dio, Mas Dio lagi dimana?” “Wah, penting banget nih kayaknya ada apa?, kebetulan Mas Dio lagi dijalan” “Anggi lagi di kantin kampus, Mas Dio mau kan jemput Anggi, ada sesuatu yang ingin aku omongin Mas” “Mm.. ya udah kalo gitu Mas langsung kesana deh, tunggu sebentar ya!” “Baik Mas bye..!” “Bye..” dengan penasaran ku arahkan mobilku menuju kampusnya Anggi, rasanya agak aneh Anggi ingin membicarakan sesuatu karena selama ini tempat curhat Anggi hanyalah Desi dan Boy.

Perlahan mobilku memasuki pelataran parkir universitas, baru saja aku hendak memarkirkan mobilku kulihat Anggi setengah berlari menuju kearahku dan langsung masuk kemobil setelah aku berhenti didekatnya.

“Ayo Mas kita pergi dari sini” “Kemana Gi? ada apa sebenarnya?” aku semakin penasaran dengan sikap Anggi. “Udah deh yang penting kita pergi dulu dari sini” “Oke deh kalo gitu” tanpa bicara lagi kuputar mobilku meninggalkan pelataran parkir kampus itu.
Di dalam mobil kulihat Anggi kembali dengan sikap diamnya.

“Ada apa Gi, mau kemana kita” tanyaku lagi. “Terserah Mas Dio deh, yang jelas Anggi pengen ngomong penting sama Mas Dio” Akhirnya kami sepakat menuju sebuah resto untuk bicara lebih rilex lagi.

Aku semakin penasaran, karena sesampanya di resto tersebut dan memesan minuman, Anggi tidak langsung bercerita tetapi malah diam seakan ragu mengatakan sesuatu.
“Nah sekarang kita cuma berdua dan udah minum, sekarang coba Anggi cerita ada apa sebenarnya” lagi-lagi aku memulai obrolan lebih dulu “Eng.. Mhh.. anu Mas.., Desi udah berangkat Mas?” Anggi berusaha mengalihkan perhatian, tapi aku tahu bukan maksudnya menanyakan kepergian Desi. “Udah.. Barusan Mas antar ke bandara.., sekarang coba kamu cerita.. kamu lagi ada masalah ya sama Desi” aku mencoba menebak masalah yang ingin di bicarakan Anggi. “Enggak.. gak ada apa-apa kok Mas sama Desi” “Atau sama Boy, kamu beranter ya sama Boy” “Hh.. entahlah Mas.” Anggi menarik nafas panjang saat kusebut nama Boy “Anu Mas, sebenarnya Anggi mau nanya sesuatu sama Mas Dio” sambung Anggi lagi “Soal apa?” aku semakin penasaran “Anggi pengen tahu, maksud kata-kata Mas Dio yang kemaren itu sebenarnya apa?” betapa terkejutnya aku mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Anggi. “Kata-kata yang mana Gi?” aku pura-pura tidak mengerti dengan yang baru saja Anggi tanyakan. “Kemaren Mas Dio bilang kalau seandainya Mas Dio menggantikan Mas Boy duduk di pelaminan mendampingi Anggi kan?, semalaman Anggi gak bisa tidur Mas, Anggi mau tahu yang sebenarnya” sejenak aku terdiam dan menatap Anggi yang juga menatapku dengan penuh rasa penasaran.
Aku ingin tahu apa sebenarnya yang ada dalam pikiran gadis cantik ini bertanya demikian.

Lama kutatap matanya, ada sesuatu yang tersimpan lain di dalam sana dan membuatku penasaran untuk dapat menyelaminya.

“Kalau Anggi pengen tahu yang sebenarnya, kemarin Mas Dio ngomong sama Anggi hal yang sebenarnya” dengan sikap serius aku mulai melontarkan kata-kata. “Maksud Mas Dio..” “Kalau saja kamu tidak menjadi tunangan Boy dan Desi gak jadi pacar Mas Dio, mungkin Mas Dio yang mendampingi kamu karena Mas Dio akan terus mengejar kamu sampai kamu menerima cinta Mas Dio” kembali aku mengeluarkan kata-kata gombal yang selama ini jadi jurus mautku. “Jadi..?” Anggi semakin penasaran. “Sebenarnya sudah lam Mas Dio, jatuh cinta sama kamu Gi, tapi sudahlah itu gak mungkin” sambungku lagi. “Mas.. Mas Dio tahu gak, kadang Anggi iri sama Desi, Desi sering cerita tentang Mas Dio, kebaikan Mas Dio, sikap Mas Dio dan itu Anggi gak bisa dapetin dari Boy”.

Rupanya pancingan kata-kataku mulai merasuki pikiran gadis ini dan aku sendiri tidak menyangka ia akan berkata seperti itu. Anggi terus bercerita tentang perlakuan Boy selama ini yang memang kaku selama berpacaran dengannya. Boy memang baik, tapi sebagai pacar Anggi membutuhkan kasih sayang dan hal-hal romantis yang selalu didambakan setiap wanita. Desi ternyata sering bercerita ke sahabatnya ini bagaimana kami menghabiskan akhir pekan dan malam-malam penuh cinta dan romantis, sedangkan cara Anggi berpacaran hanyalah sebatas berpegangan tangan dan berciuman bibir saja dan Anggi ingin lebih dari itu, mungkin itulah alasan anggi untuk selingkuh.

“Mas.. kalau boleh aku ingin merasakan semua itu Mas..” “Gila! kamu kan bisa minta semua itu dari Boy Gi..” Seakan tak percaya aku mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Anggi. “Sebentar lagi kalian akan menikah dan bersatu selamanya ” “Oleh karena itu Mas aku mau merasakan semua yang di ceritakan Desi sebelum semuanya terikat ikatan perkawinan Mas, aku ga mau mengkhianati suamiku” “Tapi itu selingkuh gi..” seakan tidak mau aku berpura-pura menolaknya, padahal senang sekali rasanya aku mendengar gadis yang selama ini menjadi idamanku meminta sesuatu yang pasti kuberikan. “Mas Dio mau kan?” aku mengangguk pelan tanda setuju membantunya. “Tapi ada syaratnya Mas” “Apa itu..?” “Mas Dio jangan sampai merusak kesucianku, karena aku mau memberikan keperawanku ini hanya untuk suamiku kelak” “Jadi.. kita..” Dengan agak kecewa aku ingin tahu apa maksud semuanya. “Ya.. aku ingin Mas Dio mencumbuiku tapi tanpa penetrasi, Mas Dio mesti janji dulu” “Tapi Mas boleh ngapain aja kan selain yang satu itu?” “Mmh.. iya Mas.. janji ya!” “Ya baiklah Mas Dio janji..” entah apa yang kujanjikan yang jelas kesempatan emas untuk bercinta dengan gadis idamanku selama ini tak mungkin aku lewatkan begitu saja walau aku harus selingkuh dengan tunangan temanku.

Entah apa yang ada dalam pikiran Anggi waktu itu yang jelas mana mungkin aku menolak ajakannya untuk saling mencumbu. Setelah sepakat akhirnya kami meluncur kesebuah hotel di pinggiran kota, sengaja kami mencari tempat yang agak terpencil karena tidak ingin siapapun tahu hal ini apalagi kalau sampai Boy atau Desi tahu semua akan jadi berantakan. Akupun tak ingin mengganggu rencana pernikahan Anggi dengan boy yang hanya beberapa hari lagi.

Jam digital di dashboard mobilku menunjukan pukul 16:24 ketika mobil yang kubawa memasuki garasi hotel yang selanjutnya tertutup rapi setelah mobilku masuk dan berhenti. Dengan cepat aku segera mengurus administrasi ke bagian front office sedang Anggi hanya menunggu di dalam mobil dan bergegas aku kembali setelah segalanya beres.

“Ayo Gi, kita masuk!” tanpa berkata-kata Anggi keluar dari mobil dan berjalan disampingku memasuki sebuah kamar yang tersedia.Ketegangan terlihat di wajah Anggi ketiak kami mulai memasuki kamar dengan sebuah tempat tidur yang tertata rapi dan nyaman sekali kelihatannya. Kemudian Anggi duduk di sofa kamar dan memandang ke arahku yang duduk bersandar di tempat tidur.
Lama kami saling diam seakan takut untuk memulai sesuatu.

“Ann, sebenarnya Mas Dio sangat memimpikan kesempatan seperti ini, hanya berdua dengan kamu” aku mulai mencairkan suasana yang menegang dari tadi. “Kamu cantik Gi, bahagia sekali rasanya walaupun aku hanya dapat memeluk erat tubuh kamu, tapi yakin Anggi mau melakukan ini, dari tadi kok diam aja?” “Ma.. maaf.. Mas Anggi gak tahu mesti ngapain?” perlahan kudekati Anggi yang masih duduk di sofa, kugenggam kedua tangannya, kurasakan keringat dingin membasahi telapak tangan Anggi, lalu kutarik sehingga kini Anggi berdiri dan ku bawa menuju tempat tidur. “Sekarang kamu rilex ya, sayang!” Anggi memejamkan matanya saat aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, tak ada penolakan dalam diri Anggi

Dengan lembut kukecup kening gadis ini, kurasakan remasan halus menggenggam tanganku yang masih memegang tangan Anggi, lalu bibirku mulai berjalan mencium alis, matanya yang terpejam, dan kedua pipinya dan terakhir berhenti di kedua belahan bibir mungil gadis cantik ini. Anggi membalas kulumanku pada bibirnya dengan pagutan yang hangat pula lalu aku mulai membuka bibirku dan mengeluarkan lidahku mencari lidah yang lain disebrang sana. Tanganku mulai merayap menggerayangi tubuh Anggi, perlahan menyusup ke balik kaos ketat yang melekat ditubuhnya, kini kurasakan halusnya kulit perut gadis ini. Ketika tanganku mulai memasuki daerah dada untuk segera merasakan lembutnya panyudara yang menonjol, mendadak kedua tangan Anggi menahan kedua tangan ku.

“Kenapa.. sayang..?” terpaksa aku menghentikan sejenak aksiku dan kutatap wajah sayu di hadapanku dengan tajam. Kuberikan Anggi kesempatan untuk berpikir sebelum semuanya terjadi, kulihat keraguan di matanya, tapi aku tahu ia sangat menginginkannya.
“Buka ya, sayang!” Anggi mengangguk pelan, lalu dengan sangat hati-hati kutarik ujung T-shirt yang melekat di tubuh Anggi dan meloloskannya melalui kedua tangannya.

Kulempar t-shirt itu kelantai, kini di hadapanku terpampang tubuh padat ada yang setengah telanjang dengan dada berisi dan terlindungi BH warna pink. Sejenak kutatap gumpalan daging yang masih tertutup BH itu, perlahan ku rebahkan tubuh Anggi ke atas tempat tidur. Kembali kucumbu Anggi yang terlentang pasrah, kukulum lagi bibir mungil itu lalu perlahan merayap menuju leher dan terus kebawah menuju gumpalan payudara yang berisi itu. Kujulurkan lidahku mengitari bukit itu sambil tanganku merayap menuju punggung tempat dimana kaitan BH itu direkatkan, kutarik pelan BH itu dari tubuh Anggi dan ku lemparkan ke lantai.
“Mass..!”Anggi berusaha menutup dadanya dengan kedua tangannya, “Jangan sayang, Mas Dio ingin melihat keindahan panyudaramu ini..”

Segera saja tanganku menahan kedua tangan Anggi dan bawa keatas kepalanya sambil kusapukan lidahku yang basah kearah ketiaknya yang bersih dengan aroma yang menggugah hasrat lelaki.
“Akh..” Anggi merintih kecil sambil terpejam, tanganku merayap lagi menuju dada yang kini terbuka, sentuhan melingkar menambah sensasi lain pada diri Anggi dan akhirnya mulutku pun mendarat di belahan dada Anggi. “Oohh.. Maass..” mungkin baru kali ini Anggi mendapat perlakuan seperti itu, desahan demi desahan mengiringi sapuan lidahku di kedua payudara yang masih keras ini, kurasa jarang sekali payudara indah ini mendapat sentuhan lelaki.

Puting yang merah kecoklatan seakan tenggelam dan belumdapat muncul kepermukaan, kuhisap puting itu dengan penuh perasaan cinta agar Anggi dapat menikmati setiap sentuhanku.
Sambil terus mengulum payudara itu dengan cekatan aku menanggalkan pakainku tanpa Anggi menyadarinya, kini hanya celana dalam saja yang melekat ditubuhku melindungi senjataku yang sudah menegang dari tadi. Sekarang mulutku berada di atas pusar Anggi yang dihiasi sebuah anting kecil membuatnya semakin indah, kujilat dan terus merayap sambil tanganku mulai menarik rok yang di kenakan Anggi. Kali ini Anggi mengangkat pantatnya memudahkan aku melepaskan penutup bagian bawah tubuhnya itu, kini aku dapat menikmati paha mulus yang dihiasi bulu-bulu halus yang menantang untuk segera disentuh.

“Jangan Mas, jangan dibuka” Anggi mencengkram tanganku yang hendak menggusur kain tipis penutup daerah selangkangannya, sambil beringsut Anggi menjauh dan bersandar di tempat tidur. “Kenapa sayang..” “Jangan Mas Dio!, Mas Dio kan udah janji” “Iya sayang, Mas Dio ingat janji Mas Dio, tapi membuka CD kan bukan berarti mau dimasukin, iya kan?” aku berusaha tenang agar Anggi merasa aman dengan perlakuanku “Kamu nikmatin aja ya sayang!” kubelai pipi Anggi lalu kucium keningnya, Anggi menerimaku lagi dengan pagutan yang lebih membara saat mendaratkan ciumanku di atas bibirnya.

Sambil terus ku jelajahi dengan bibir dan lidahku perlahan aku mulai kembali menarik celana dalam itu, kali ini Anggi mengangkat pantatnya dan terlepaslah pertahanan terakhir Anggi. Gundukan bukit kecil dengan bulu-bulu halus yang tertata rapi menandakan Anggi sangat memperhatikan daerah paling pribadinya ini, bibir vagina yang memerah dengan sebuah daging kecil tersembul di atasnya kini terpampang begitu dekat dihadapanku. Kutangkap tangan Anggi yang berusaha menutupi benda indah itu, lalu kusentuh dengan sangat pelan dan penuh kelembutan. Anggi mulai menikmati permainan ini, tubuhnya mulai rilex kembali tanda siap menerima aksi dariku yang selanjutnya.
Dengan pelan kubuka kedua paha Anggi dengan tanganku lalu kutempatkan wajahku mengisi selangkangan itu, vagina itu begitu dekat dengan bibirku. 

“Oohh..” Anggi mendesis tangannya meremas rambutku yang berada diselangkangannya, ia begitu menikmati sapuan lidahku yang mengisi ruang kosong di antara kedua pahanya.

Aroma vagina yang begitu kukenal membuatku semakin bernafsu ingin memberikan yang terbaik bagi gadis polos ini. Bulu-bulu halus disekitar bukit vagina menggelitik hidung dan bibirku, kucari dan kutemukan daging kecil pusat segala kenikmatan bagi Anggi. Vagina itu begitu mungil dan indah dengan cairan hangat yang mulai keluar dari dalam vagina Anggi dan bercampur dengan air liurku. Anggi mendesah dan menggeliat merasakan sesuatu yang baru pertama ia rasakan dari seorang lelaki.
“Hoh.. Hoh.. Mass.. Anggi ga tahan.. Udah Mas!” mulut Anggi terus meracau, berbeda sekali dengan hari biasa yang memang begitu pendiam.

Tiba-tiba saja Anggi mencengkram erat rambutku dan membenamkan kepalaku lebih dalam ke selangkangannya, pantatnya mendongak keatas dan tubuhnya menegang. Sesaat kemudian kurasakan cairan hangat kembali keluar dari vaginanya dan kali ini lebih banyak dari sebelumnya.
“Mmas.. Diio..” aku tahu Anggi mencapai orgasmenya, dan aku terus saja menekan klitoris itu dengan lidahku, kulumat setiap tetesan cairan hangat yang keluar dari liang vagina itu.
Cengkeraman Anggi melemah dan akhirnya Anggi terkulai lemas dengan nafas yang memburu, kulihat dada yang turun naik mengatur nafas dengan terengah. Kudekap erat tubuh Anggi dan kembali kukecup kening gadis itu,
“Hh.. makasih Mas Dio.. tadi nikmat sekali..”

Beberapa saat lamanya ku dekap tubuh polos itu sambil terus tanganku memainkan puting susu yang mulai menegang kembali. Kini aku yang harus menikmati kehangatan itu, senjataku sangat tegang. Kalau saja aku tidak takut menyakiti perasaan Anggi mungkin penisku sudah menyeruak masuk kedalam vagina sempit itu, tapi aku bersabar karena pada saatnya aku pasti mendapatkannya. Kubalikan tubuh Anggi, sekarang tubuhnya menindih dan tengkurap diatas tubuhku, ia masih begitu lemas merasakan sisa kenikmatan yang baru saja ia alami. Ia tersentak kaget saat sesuatu yang tegang mengganjal tepat diperutnya

“Mas.. apa ini.. besar sekali..” Anggi bergerak hendak menjauhkan tubuhnya dari tubuhku, tapi sebelum ia menyadarinya, tanganku mencengkram erat belahan pantatnya dan melingkarkan kedua kakiku menghimpit paha mulusnya. “Jangan.. Mas..” “Tenang sayang.. Mas Dio cuma mau merasakan yang seperti Anggi rasakan, maukan Anggi nolongin Mas Dio, please!” kembali ku kecup bibirnya. “Mas Dio boleh kan ngapain aja? asal gak dimasukin kan?, Mas Dio bakal seneng banget kalo Anggi mau menghisap penis Mas Dio”

Anggi menatapku, ia mengangguk kecil dan perlahan ia bergerak kebawah menuju perutku. Lama ia memandangi penisku yang semakin menegang saja, kemudian ia memegangnya dengan sangat hati-hati. Dengan agak ragu Anggi mulai mencium kepala penisku lalu perlahan ia memasukan benda itu kemulutnya. Kakiku mengejang, darahku seakan mengalir lebih deras lagi saat kurasakan isapan demi isapan begitu nikmatnya. Anggi berusaha memasukan penisku kedalam mulutnya tanpa canggung lagi, tapi penis itu begitu panjang sehingga ia hanya bisa mengulum setengahnya saja. Senjataku makin tegang tapi aku tak ingin segera mengakhiri permainan ini, kutahan dengan sekuat tenaga agar orgasmeku tidak datang terlalu dini.

“Mas.. kok gak keluar juga ya..” Anggi menatap tajam mataku sambil melepaskan kulumannya. “Kalo gitu udah dulu deh Gi, bibir kamu udah pegel kan, kita istirahat dulu deh” akhirnya kutarik tubuh Anggi kembali sejajar terlentang dengan tubuhku. “Sekarang Anggi tengkurap deh, biar punya Mas Dio di gesekin ke pantat aja ya?” Anggi membalikan tubuhnya dan tengkurap dengan memeluk bantal, sedangkan aku bergerak keatas tubuhnya dan menghimpitkan penisku ke belahan pantat kenyal itu.

Kutelusuri tengkuk indah itu dengan bibirku, ciuman dan gigitan kecil rupanya membangkitkan kembali gairah pada diri Anggi, ia mulai mendesah kecil. Kadang kusapukan lidahku kearah ketiak dan dinding payudara sebelah luar. Kuposisikan penisku tepat di belahan pantat Anggi lalu kugesek dan kugesek pelan.

Sebenarnya bisa saja aku mencapai orgasme dan memuntahkan cairan yang mendesak hendak keluar dari saluran penisku, tapi aku tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan yang mungkin hanya sekali seumur hidupku untuk mendapatkan keperawanan Anggi yang masih suci. Naluri kelelakianku mengatakan aku harus menyelesaikan permainan ini dengan merasakan kelembutan himpitan kulit vagina gadis ini.

“Gi.. kayaknya gak mau keluar juga deh.. hh” Aku berbisik sambil terus mencumbu leher Anggi. “Ya.., gg...gimana dong Mas..” “Ann, kalo kontol Mas Dio di gesekin ke memek kamu mungkin bisa cepet keluar, boleh ga?” “Tapi di gesek aja.. Mas.. ya..jangan di masukin!” “Iya.. sayang..” aku tidak tahu apa yang kujanjikan yang jelas Anggi memberikan lampu hijau untuk aku bertindak lebih jauh.
Anggi membuka kakinya sambil terus tengkurap dan aku mulai menurunkan kepala penisku menuju celah yang berada di sebelah dalam pantat kenyal itu. Gesekan lembut kepala penisku merayap menyentuh anus dan terus menggesek liang vagina yang basah itu. Bulu-bulu halus itu menambah sensasi kenikmatan yang kurasakan, lubang itu begitu licin dan basah.

Kini tubuh itu telah berada dalam kekuasaanku, desahan kecil kembali terdengar dari mulutnya, aku tahu ia begitu menikmati permainan ini dan menginginkan lebih dari sekedar gesekan kecil saja. Sambil tak henti tanganku memainkan gumpalam daging yang menonjol didada gadis ini perlahan ku balikan tubuh Anggi, kini tubuh kami saling menyamping dengan posisi tubuhku tetap berada di belakangnya.

Posisi ini memudahkan tanganku untuk lebih leluasa menjamah dan mengeksploitasi bagian depan tubuh gadis ini. Hembusan nafasku yang begitu dekat dengan telinga Anggi membuat tubuhnya semakin merasakan sensasi kenikmatan. Tangan kananku merayap menuju vagina yang mulai terbuka, kusentuh dan ku cari lagi klitoris yang menyembul dalan liang itu. Tekanan jariku dari arah depan dibarengi dengan gesekan senjataku dari belakang yang gencar menyentuh belahan bibir vagina yang basah itu. Agen Sabung Ayam Terpercaya

“Mas.. sudah.. Mas.. jangan.., aku gak kuat lagi..” Anggi merintih menyuruhku menyudahi permainan ini, tapi naluri kewanitaannya berkata lain karena dengan reflek ia semakin membuka lebar kedua pahanya.

kuposisikan kaki kananku diantara kedua kakinya, sehingga kini selangkangan Anggi terbuka dengan lebar.Kembali kugesekan kepala penisku menyentuh belahan vagina basah itu, tapi kali ini dengan sedikit dorongan yang mengarah keatas sehingga dengan perlahan kepala penis itu menyeruak memasuki belahan vagina Anggi yang memang licin. Sesaat ujung penisku berada dalam himpitan lubang yang basah itu, lalu kutarik dan ku benamkan lagi dengan pelan, aku ingin mempermainkan rasa nikmat gadis ini. Mendapat perlakuan seperti itu Anggi semakin mengejang kedua tangannya kini mencengkram erat rambutku yang masih berada di belakangnya.

“Hh.. Maas..” lenguhan panjang terdengar dan Anggi mencengkram semakin kuat, rupanya ia tak tahan dengan perlakuanku yang memasukan kepala penisku saja karena saat kudorongkan kembali pantatku, Anggi menyambutnya dengan lebih menyodorkan pantatnya ke belakang sehingga penisku amblas kedalam liang yang rapat itu.

Berakhirlah pertahanan gadis suci ini, kurasakan sesuatu yang kenyal menahan ujung penisku, lalu penis itu menyeruak masuk mengisi liang itu. Setelah saling diam beberapa saat aku pun mulai beraksi menyodok dan menarik penisku melalui vagina itu. Kocokan pelan dan berirama terkadang semakin cepat dan cepat lagi, nikmat dan rapat sekali vagina yang masih perawan ini kurasakan.
“Gimana sayang.. lebih nikmat kan?” Anggi menjawab pekataanku dengan desahan yang semakin memburu.

Lalu kuganti posisi ku, dengan tanpa mencabut penisku kuputar tubuh kami sehingga kini aku berada diatas tubuh Anggi. Anggi memeluk dan mencengkram punggungku merasakan setiap sentakan dari pantatku, ia mulai paham dengan ikut menggoyangkan pantatnya seirama dengan sodokan pinggangku. Wajahnya memerah dan bibirnnya yang seksi terbuka lebar, segera kulumat bibir terbuka itu dengan pagutan dan iapun membalasnya dengan penuh nafsu.

”Oooh.. Mass.. Mass..” “Kenapa sayang.. nikmat kan..?” “.. En.. enak.. Mas..” kuangkat dadaku dan ku topang dengan kedua tanganku menambah tenaga untuk kembali menyodok vagina itu, kulihat ekpresi Anggi begitu cantik dengan mata terpejam dan bibir yang terkadang ia gigit kecil.
Gesekan demi gesekan semakin terasa nikmat, sesaat kemudan kulihat wajah Anggi memerah, dan mendongak keatas, kurasakan kakinya melingkar erat dikedua pahaku, aku tahu ia akan segera mencapai klimax.

“..Tahan sayang.. sebentar lagi..” “Aku.. aku gak kuat Mas.. aku mau.. keluar..”. kupercepat sodokan pantatku untuk segera mengimbangi orgasme yang dirasakan Anggi. kupeluk erat tubuhnya kurasakan semburan hangat membanjir di selangkanganku dan setelah itu akupun menyemburkan lahar panas yang kutahan dari tadi. “Oohh..!” lengkingan panjang keluar dari mulut kami secara bersamaan, cairan hangat membasahi rahim Anggi dan akhirnya tubuhku terjerembab diatas tubuh Anggi yang terkulai lemas. “Terima kasih sayang..”
Lama kupeluk tubuh Anggi sambil merasakan sisa kenikmatan yang baru saja kami alami,

“Maafkan Mas Dio sayang, Mas Dio gak bisa nepatin janji..” setengah merayu kubisikan kata-kata itu “Gak apa-apa kok Mas, Anggi juga salah..” masih saling berpelukan akhirnya kami tertidur dalam kelelahan.

Tengah malam aku terbangun dan kulihat tubuh polos Anggi tertidur begitu cantik, cairan kental yang mulai mengering masih keluar perlahan melalui bibir vaginanya bercampur dengan tetes darah yang mengering.

“Maafkan aku sayang..” Kukecup dan kutinggalkan ketempat tidur untuk membersihkan sisa lendir yang melekat diselangkanganku. Baru saja aku hendak keluar kamar mandi setelah membersihkan diri, tiba-tiba Anggi masuk dan memeluk tubuhku.
“Mas Dio jahat ninggalin Anggi sendiri..” “Ga pa pa sayang.. Mas ga kemana-mana kok” kembali kupeluk tubuh Anggi dan kami mandi bersama.

Selesai mandi kami melakukannya lagi, kali ini Anggi benar-benar menumpahkan segalanya. Berbagai posisi ia ingin mencobanya, segala apa yang ia lihat di film BF ia praktekan kepadaku malam itu. Seakan tak pernah puas akupun melayani gelora gadis ini. Jam sembilan pagi baru kami keluar dari hotel itu setelah terlebih dulu melakukan sex kilat dengan telah berpakaian rapi, kami melakukannya sambil berdiri dengan tubuh Anggi bertumpu pada meja kamar hotel itu. Anggi pulang dengan naik taksi dan aku sendiri membawa mobilku menuju rumah dengan senyuman kepuasan.
Seminggu sejak kejadian itu aku dan Desi menghadiri pesta pernikahan Anggi dengan Boy yang begitu meriah. Kulihat keceriaan di wajah kedua mempelai itu, tapi dibalik semua itu kulihat kegelisahan pada tatapan Anggi saat aku memberikan ucapan selamat kepada keduanya
Tersirat pula rasa malu karena sudah selingkuh dengan tunangan temanku ini.

AGEN MASTER GOL338